1. Etika
Pergaulan Dengan Orang Yang Lebih Tua
Sebagian tanda memuliakan Allah adalah
menghormati orang Islam yang telah putih rambutnya (tua). (HR Abu
Daud).
Tiada seorang pemuda yang menghormati orang yang tua usianya,
melainkan Allah akan menyediakan orang-orang yang akan menghormatinya jika ia
telah tua usianya. (HR Turmudzi).
Tidak termasuk golonganku orang yang tidak menyayangi orang yang
lebih (muda), dan tidak mengerti hak-hak orang yang lebih (tua). Bukanlah
termasuk golonganku orang yang menipu kami, seorang mukmin yang lain,
seperti mencintai diri sendiri. (Tabrani dari Damrah).
KETERANGAN
Yang dimaksud orang yang lebih tua disini adalah para orang tua
kita, yaitu Bapak, ibu, kakek, nenek, paman, bibi, kakak dan orang lain yang
lebih tua dari kita.
Kita wajib menghormati orang tua yang telah memelihara kita dan
membesarkan, mendidik dan membiayai hidup kita, tidak sedikit pengorbanan
mereka lahir dan batin, baik materi, tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan
untuk kepentingan anak-anaknya. Walaupun mereka tidak mengharapkan balasan atas
kasih sayang dan pengorbanan kepada kita.
Namun tidak selayaknya kita mengabaikan kewajiban menghormati
dan menuruti segala nasehat dan perhatiannya. Kakek, nenek, paman, bibi, dan
kerabat kita yang lebih tua juga harus kita hormati dan kita perlakukan seperti
orang tua kita. Oleh karena itu kita harus berlaku hormat dan sopan, tidak
bersikap melawan atau menentang pada saat ada perselisihan. Karena bila kita
bersikap hormat dan sopan insya’ Allah mereka pun akan berlaku sama.
Agama Islam mengajarkan agar kita selalu hormat dan sopan kepada
semua orang yang lebih tua, dari mereka yang sudah mengenyam banyak pengalaman,
kita memperoleh ilmu untuk bekal dimasa datang. Kita mendapat warisan
kebudayaan yang akan kita teruskan, apalagi para pahlawan yang turut memerdekakan
bangsa kita. Barang siapa yang bersikap hormat kepada orang yang lebih tua,
maka akan dijanjikan oleh Rasulullah SAW, akan dihormati pula pada masa
tuanya nanti dan apabila tidak menghormati orang yang lebih tua
maka Rasulullah SAW, pun tidak hendak mengakui seseorang tersebut sebagai
umatnya.
2. Etika
Pergaulan Dengan Orang Yang Sebaya
Orang mukmin terhadap orang mukmin lainnya, tak ubahnya bagaikan
sesuatu bangunan yang bagian-bagiannya (satu sama lain) kuat
mengkuatkan. (HR Muslim).
Barang siapa yang berjalan dalam upaya memenuhi kebutuhan
saudaranya, dan usaha ini berhasil, adalah lebih baik daripada beri’tikaf
sepuluh tahun. Dan barang siapa beri’tikaf satu hari saja karena Allah, maka
Allah menjauhkan antara dia dan neraka sejauh tiga parit yang lebih jauh dari
antara ujung bumi sebelah barat dan timur. ( HR Baihaqi).
KETERANGAN
Sebaya bisa berarti sama usianya, maka dari itu pergaulan dengan
orang sebaya sangat penting. Hampir setiap hari,
dikalangan masyarakat maupun di sekolah, kita sering kali berkumpul
dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dengan kita dalam beberapa hal. Pada
saat kita kesulitan, merekalah orang yang tepat untuk m\dimintai tolong baik
bersifat pribadi pun kita lebih terbuka.
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu
berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain, setiap orang memiliki
kekurangan dan kelebihan serta memerlukan bantuan orang lain. Dalam
pergaulan sehari-hari kita sela bersama mereka, maka kita patut menghormatinya
serta menghargai kedudukan mereka, demikian pula mereka akan menghormati dan
menghargai kita, cara bergaul yang baik dengan mereka (orang sebaya) yaitu
hendaknya kita turut memikirkan dan mempedulikan persoalan dan kesulitan mereka
serta turut meringankan beban permasalahannya.
3. Etika
Pergaulan Dengan Orang Yang Lebih Muda
Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.
(QS. Al Hijr: 88)
Bahwasannya Allah telah mewahyukan kamu agar kamu bertawadhuk
(rendah hati) hingga tak seorang pun yang bersombong diri terhadap lainnya, dan
tidak ada seorang pun yang menganiaya yang lainnya. (HR Muslim).
Bukan dari umatku orang yang tidak belas kasihan kepada yang
lebih kecil dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua. (HR Abu Daud dan
Tirmidzi).
Siapa yang berkata kepada anak kecil: “mari kemari, ini untukmu,
kemudian tidak memberi apa-apa kepadanya, maka hal itu berlaku bohong”. (HR
Ahmad).
KETERANGAN
Dalam pergaulan, tidak hanya orang yang lebih tua dan orang yang
menjadi perhatian kita untuk selalu kita hormati, tapi juga orang-orang yang
lebih muda. Islam menganjurkan kita agar bersikap merendah dan santun sesama
mukmin, termasuk orang yang lebih muda dari kita. Walau kita banyak kelebihan
dibanding mereka, kita tak boleh sombong, dan congkak pada mereka justru kita
harus membantunya dengan penuh kasih sayang dan segala kecintaan.
Pergaulan dengan orang lebih muda termasuk juga terhadap orang
yang keadaan perekonomiannya rendah, pengetahuan dan pengalamannya lebih
lemah dari kita, juga anak yatim dan fakir miskin. Terhadap mereka kita
wajib menyantuni dan bersikap penuh kasih sayang, tidak berbuat dan berkata
kasar, tidak menghina keadaan dan derajat mereka. Jika kita tidak hormat dan
tidak sopan terhadap mereka yang lebih muda dari kita, maka niscaya mereka pun
tidak akan menghormati kita.
4. Etika
Pergaulan Dengan Sesama Muslim Dan Umat Islam
Hai orang-orang beriman jika datang kepadamu orang fasik membawa
satu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpa suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kami
menyesal atas perbuatanmu. (QS. Al Hujuraat: 6).
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu mendapat rahmatnya. (QS. Al Hujuraat: 10).
KETERANGAN
Pergaulan antar sesama muslim berkaitan dengan
peraturan-peraturan tentang pergaulan umat Islam antar satu golongan atau satu
agama. Kita sebagai muslim dan umat Islam yang menganut ajaran Allah harus
mengetahui bagaimana etika pergaulan dikalangan masyarakat muslim, yaitu kita
harus bertingkah laku yang sopan santun, lemah lembut dan tidak bertindak salah
(keliru) kita harus bisa membedakan yang baik dan buruk seperti halnya
bagaimana kita menghadapi berita khayal (kosong) yang dibawa dan disebarkan
oleh orang fasik dan jail.
Cara menyelesaikan persengketaan antar sesama orang muslim yang
timbul dikalangan umat Islam, yaitu dengan bersatu padu dalam satu tujuan
melawan kejahilan orang karena pada dasarnya muslim dan mu’min itu
bersaudara hubungannya sangat erat sekali bagaikan bangunan, jika satu
penyangga hilang akan roboh, begitu dengan kaum muslim satu ceroboh
akan mendatangkan musibah.
5. Etika
Dalam Berbicara Kepada Masyarakat
Dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-
menasehati supaya menepati kesabaran. (QS. Al Asr: 3).
Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu: “Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)”, dan sesungguhnya setan itu
menimbulkan perselisihan antar mereka, sesungguhnya setan itu musuh nyata bagi
manusia.
Sesungguhnya Allah membenci kami karena tiga perkara: adalah
berkata begini dan berkata begitu, menghambur-hamburkan uang dan banyak
bertanya. (HR Jama’ah dari Al Mugirah).
KETERANGAN
Alat komunikasi paling utama dalam pergaulan adalah berbicara,
dengan bicara kita dapat menyampaikan sesuatu, sebaliknya kita juga dapat
mengetahui keinginan orang lain. Berbicara bisa mendatangkan banyak orang
(teman) dan bisa pula mendatangkan musuh, maka dari itu kita harus
pandai-pandai menjaga cara berbicara kita dengan baik. Agama Islam
mengajarkan agar kita berbicara sopan supaya tidak berakibat merugikan diri
sendiri ataupun orang lain.
Mulut dapat kita gunakan sebagai nasehat akan kebenaran
hindarilah cara bicara yang bisa menimbulkan perselisihan karena perselisihan
itu kehendak setan yang ditujukan untuk mengadu domba, fitnah, isu dan gosip.
Dikutip dari: dayah pesantren baitul arqam
0 komentar:
Posting Komentar