Oleh Mulyadi Nurdin, Lc, MH
Adab lebih tinggi dari ilmu, demikian pemahaman masyarakat Aceh
mengenai pentingnya adab dan sopan santun dalam kehidupan, adab itu sendiri
berlaku bagi semua kalangan, baik masyarakat umum hingga ulama sekalipun.
Adab di Aceh sudah menjadi tata krama yang mentradisi dari
generasi ke generasi, sehingga melahirkan kondisi sosial masyarakat yang
santun, lembut dan menghormati orang lain.
Dalam dunia pendidikan juga sama, adab itu sangat dijunjung
tinggi, seorang murid harus menghormati guru, demikian juga guru harus
menghargai muridnya, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan harmonis
dan bebas dari beban psikologis.
Suasana penuh keakraban dapat kita lihat dalam lembaga
pendidikan agama di Aceh, tidak pernah terjadi murid memprotes guru dengan cara
yang tidak wajar apalagi demonstrasi tanpa kendali.
Adab Guru
Berikut beberapa
kutipan tentang adab yang harus dijaga dalam dunia pendidikan sebagaimana yang
diutarakan oleh Syeikh Muhammad anak dari Syeikh Khatib dalam kitabnya Dawaul
Qulub.
Bermula adab orang
yang alim tujuh belas perkara:
1. Ihtimal
(menanggung semua pertanyaan dan pekerjaan dari muridnya).
Seorang guru harus profesional di bidangnya, sehingga mampu
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi muridnya. Guru bukan hanya mentransfer
ilmu tetapi juga memberi solusi dari persoalan yang dihadapi muridnya.
2. Jangan lekas
marah.
Seorang guru harus berjiwa besar dalam mendidik, tidak boleh
emosi dalam mengajar tetapi sebaliknya harus selalu tabah dan sabar.
3. Duduk dengan
kelakuan yang hebat dan menundukkan kepala.
Guru diharapkan menjadi figur yang disegani oleh muridnya,
sehingga dalam tingkah lakunya harus menunjukkan kewibawaan dan kharisma, walau
duduk dengan posisi tegap tetapi selalu menundukkan kepala sebagai simbul dari
kearifannya.
4. Meninggalkan
takabbur
Sombong merupakan sifat yang dilarang bagi manusia, apalagi bagi
seorang guru, sebagai pendidik dia harus mengajarkan sifat-sifat mulia kepada
muridnya dan tidak menunjukkan takabbur di depan anak didiknya.
5. Merendahkan
diri
Tawadhuk bukan berarti terlihat hina di depan
manusia, akan tetapi ia merupakan sifat yang biasanya dimiliki oleh orang yang
berhati mulia, seorang guru harus menunjukkan kerendahan hatinya.
6. Jangan
bermain-main dan bersenda gurau
Dalam masyarakat Aceh sangat pantang seorang guru bersenda gurau
dengan muridnya karena hal itu dapat mengurangi kawibawaan.
7. Kasih sayang
segala muridnya
Guru harus memberikan perhatian yang sama pada seluruh muridnya
tanpa pilih kasih. Dengan demikian semua anak didik akan mendapatkan perhatian
yang sama dan memotivasi mereka dalam mencerna ilmu pengetahuan.
8. Perlahan-lahan
atas pertanyaan orang yang bebal
Tentu saja ada orang yang berlaku kasar dan tidak sopan dalam
beberapa majelis pengajian, dalam hal ini seorang pendidik harus bisa menyikapi
hal tersebut dengan bijaksana dan tidak membalasnya dengan kekerasan, tetapi
menjawab pertanyaan tersebut dengan lemah lembut dan tidak emosi.
9. Menunjukkan
segala orang yang jahil dan jangan menggerintang (marah) (? Hal 930) orang yang
baru belajar.
Guru harus menjadi pelita yang selalu menyinari hati orang jahil
supaya dapat mengenal kebenaran dan bertambah ilmunya, seorang guru juga
dilarang menyembunyikan ilmunya, dan tidak boleh membentak murid yang baru
belajar karena kebodohannya.
10. Jangan malu
mengata tiada kutahu jika tiada mengetahui pada suatu masalah atau syak
padanya.
Seorang guru tidak boleh bersikap egois, kebenaran hendaklah
dijunjung tinggi meskipun ia harus mengaku “belum tahu” atau “tidak tahu” dalam
persoalan yang memang belum diketahui jawabannya. Seorang ulama dan guru harus
berbesar hati dan selalu profesional sehingga tidak menjawab persoalan dengan
pendapat pribadinya.
11. Hendaklah
sungguh-sungguh berhadap kepada orang yang bertanya.
Walau sederhana hal ini akan memberi kesan respek dan akrab bagi
murid, dengan memandang ke wajah orang yang bertanya menandakan kalau seorang
guru tersebut sangat menghargai orang yang bertanya tersebut.
12. Menerima
dalil dari murid yang membenarkan akan kata dirinya dan jangan menolak akan dia
karena malu, karena mengikut yang benar itu wajib.
Jika ada murid yang lebih pandai darinya, seorang guru harus
menerima pendapat murid tersebut, tidak boleh menolak hanya karena merasa lebih
pandai, apalagi sampai mengancam murid seakan-akan sudah melangkahi guru atau
melawannya.
13. Jangan malu
daripada kembali pada masalah yang sudah tersalah.
Maksudnya seorang guru tidak perlu malu untuk mencabut kembali
pernyataannya jika memang terbukti pendapat itu salah. Dengan demikian ia akan
disegani dan dihormati karena jiwa besarnya.
14. Menegahkan
orang yang berajar daripada ilmu yang tiada memberi manfaat.
Seorang guru harus memastikan semua muridnya belajar ilmu yang
bermanfaat, jika memang ilmu tersebut tidak bermanfaat ia harus melarang murid
untuk melanjutkan belajarnya, jangan sampai murid terus-menerus terjerumus
dalam kesesatan dan kebodohan.
15. Menegahkan
orang yang berajar yang maksud lain daripada karena Allah Ta’ala.
Seorang guru harus mampu membentuk karakter muridnya supaya
mereka belajar sungguh-sungguh karena Allah SWT, keikhlasan akan membuat proses
belajar-mengajar berjalan tanpa diganggu oleh faktor eksternal seperti
mengharapkan gaji dan bantuan dari pihak manapun.
16. Menegahkan
orang yang berajar fardhu kifayah dahulu daripada fardhu ain. Bermula fardhu
ain itu ilmu fiqh, ilmu tauhid, dan ilmu tasawuf.
Seorang guru harus mengarahkan muridnya supaya ada prioritas
dalam belajar, jangan mendahulukan pelajaran yang sebenarnya tidak mendesak
dilakukan dengan meninggalkan ilmu yang seharusnya dipelajari segera.
17. Beramal ia
seperti ilmunya supaya diikut oleh muridnya.
Guru seringkali dijadikan idola oleh muridnya, jika ia beramal
sesuai dengan ilmunya sudah tentu murid akan mengikuti jejaknya.
Adab Murid
Di samping adab yang harus dijaga oleh guru, Syeikh Muhammad
juga menekankan pentingnya adab bagi murid, kedua pihak harus saling menjaga
adab masing-masing.
Pasal pada menyatakan
adab orang yang belajar, maka yaitu sebelas perkara:
1. Mendahulu
memberi salam akan gurunya.
Budaya salam sangat mengakar dalam masyarakat Aceh, setiap
berjumpa dengan orang lain di mana saja selalu disertai dengan memberi salam sambil
mengangkat tangan kanan, kalau tidak memberi salam orang tersebut akan
dipandang sinis oleh orang lain, seorang murid harus lebih dulu memberi salam
jika berjumpa dengan gurunya, kalau tidak dia akan dianggap tidak memiliki adab
dan tata krama.
2. Jangan banyak
kata di hadapan guru.
Budaya hormat (takzim)
guru dalam masyarakat Aceh sangat dijunjung tinggi. Seorang murid dilarang
banyak berbicara jika berada di depan gurunya baik di dalam majelis ilmu maupun
di tempat lainnya, sebaliknya ia harus memberi kesempatan kepada gurunya untuk
bicara dan memberi nasehat.
3. Jangan berkata
yang tiada ditanya oleh gurunya.
Dalam ruang belajar seorang murid dilarang berbicara kecuali
ketika diminta oleh gurunya. Dengan demikian nuansa belajar terasa nyaman dan
penuh konsentrasi.
4. Minta izin
kepada gurunya ketika hendak bertanya.
Dalam ruang belajar seorang murid tidak boleh berbicara tanpa
izin dari guru, kalau mau bertanya pun dia harus minta izin dulu, kalau
diizinkan baru mengajukan pertanyaannya.
5. Jangan dikata
akan gurunya bahwasanya si pulan itu bersalahan daripada yang engkau kata.
Bisa saja pendapat guru berbeda dengan pendapat orang lain,
dalam hal ini seorang murid tidak boleh mengkonfrontir pendapat gurunya dengan
orang lain di ruang belajar, sehingga tidak menjatuhkan martabat guru di depan
murid lainnya.
6. Jangan
mengisyarat di hadapan gurunya barang yang menyalahi bicara gurunya, maka
sangkanya orang lain lebih benar dari gurunya, karena yang demikian itu kurang
adab dan berkat.
Jangan sekali-kali murid menyampaikan kata-kata yang membantah
pendapat guru atau mengesankan seolah-olah orang lain lebih pandai gurunya.
7. Jangan
berbisik-bisik di hadapan gurunya dengan orang lain.
Jangankan berbicara yang tidak perlu, berbisik-bisik saja tidak
dibolehkan di depan guru yang sedang mengajar, karena akan menyebabkan guru
tersinggung dan merasa diacuhkan.
8. Jangan
berpaling ke kiri dan ke kanan di hadapan gurunya, tetapi duduk ia seperti
dalam sembahyang.
Disini tercermin bagaimana khusyuknya suasana belajar mengajar
dalam masyarakat Aceh. Pola duduk yang dianjurkan di hadapan guru adalah
sebagaimana duduk di dalam shalat, tidak menoleh kiri-kanan.
9. Jangan banyak
soal tatkala segan gurunya.
Kalau guru dalam keadaan segan jangan menanyakan persoalan yang
dapat membebaninya secara psikologis tetapi lebih baik diam saja sambil
mendengar pada guru.
10. Hendak
berdiri ia tatkala berdiri gurunya atau tatkala datang.
Bentuk lain dari adab murid yang sudah berlangsung lama di Aceh
adalah menghormati guru dengan cara berdiri ketika datang atau ketika guru
berdiri hendak keluar dari tempat mengajar.
11. Jangan jahat
sangka akan gurunya tatkala kau lihat bersalahan perbuatannya dengan ilmumu.
Bisa saja seorang guru melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan pendapat muridnya, dalam hal ini murid dilarang berprasangka negatif
apalagi menegur langsung, karena diyakini seorang guru lebih mengetahui tentang
apa yang dilakukannya.
Di antara adab yang ditekankan oleh penulis kitab tersebut
adalah tidak boleh belajar kecuali ilmu yang bermanfaat, diiringi niat yang
ikhlas karena Allah SWT serta memperbanyak zikir.
Perilaku Murid dalam
Masyarakat
Syeikh Muhammad juga menekankan pentingnya style pakaian,
penampilan, tingkah laku yang harus dijaga oleh seorang murid. Hal tersebut
sebagaimana dituliskan dalam kitabnya:
“Inilah khatimah pada
menyatakan segala perbuatan yang tak dapat tiada bagi murid”
Disini syeikh Muhammad mengingatkan para murid agar tetap
menjaga jati dirinya dimana pun berada, seperti menjaga pakaian agar selalu
menggunakan warna putih karena itu merupakan salah satu sunnah Nabi saw.,
selalu mendahului dalam memberi salam kepada siapa pun, menyayangi semua orang
tanpa pilih kasih, tidak berburuk sangka pada manusia walaupun ia bersifat
fasiq sekalipun, tidak boleh menghina orang lanjut usia, serta selalu menuntut
ilmu dimana pun berada. Pesan tersebut adalah:
1. Dan setengah
daripadanya memakai ia akan pakaian putih yang tiada baik, karena Allah Taala
itu kasih ia akan pakaian putih, dan lagi pakaian putih itu setengah daripada
pakaian nabi SAW.
2. Dan setengah
daripadanya mendahului memberi salam atas segala manusia karena yang demikian
itu alamat tawadhuk lagi sangat kasih hak Allah akan dia.
3. Dan setengah
daripadanya mengasih akan segala manusia karena orang yang kasih akan manusia
itu kasih hak Allah akan dia.
4. Dan setengah
daripada adab murid jangan jahat sangka akan manusia jikalau sangat fasiq
sekalipun.
5. Dan setengah
daripada adab murid itu jangan menghinakan segala orang yang tuha-tuha dan
hendaklah dimuliakan akan dia.
6. Dan setengah
daripada adab murid itu sentiasa ia menuntut ilmu, jangan ditinggalkan akan tuntutnya.
Pesan-pesan di atas umumnya sejalan dengan ajaran Islam,
walaupun dalam masyarakat hal tersebut telah membudaya dan menjadi jati diri
masyarakat Aceh yang memang religius.
Dikutip dari : dayah pesantren Baitul Arqam
0 komentar:
Posting Komentar