Blogger Widgets
- See more at: http://www.komputerseo.com/2010/12/cara-membuat-teks-bergerak-melingkar.html#sthash.WfcLdHgR.dpuf

Rabu, 15 Mei 2013

Adab Guru dan Murid


Oleh Mulyadi Nurdin, Lc, MH

Adab lebih tinggi dari ilmu, demikian pemahaman masyarakat Aceh mengenai pentingnya adab dan sopan santun dalam kehidupan, adab itu sendiri berlaku bagi semua kalangan, baik masyarakat umum hingga ulama sekalipun.
Adab di Aceh sudah menjadi tata krama yang mentradisi dari generasi ke generasi, sehingga melahirkan kondisi sosial masyarakat yang santun, lembut dan menghormati orang lain.
Dalam dunia pendidikan juga sama, adab itu sangat dijunjung tinggi, seorang murid harus menghormati guru, demikian juga guru harus menghargai muridnya, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan harmonis dan bebas dari beban psikologis.
Suasana penuh keakraban dapat kita lihat dalam lembaga pendidikan agama di Aceh, tidak pernah terjadi murid memprotes guru dengan cara yang tidak wajar apalagi demonstrasi tanpa kendali.

Adab Guru
Berikut beberapa kutipan tentang adab yang harus dijaga dalam dunia pendidikan sebagaimana yang diutarakan oleh Syeikh Muhammad anak dari Syeikh Khatib dalam kitabnya Dawaul Qulub.
Bermula adab orang yang alim tujuh belas perkara:

1. Ihtimal (menanggung semua pertanyaan dan pekerjaan dari muridnya).
Seorang guru harus profesional di bidangnya, sehingga mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi muridnya. Guru bukan hanya mentransfer ilmu tetapi juga memberi solusi dari persoalan yang dihadapi muridnya.
2. Jangan lekas marah.
Seorang guru harus berjiwa besar dalam mendidik, tidak boleh emosi dalam mengajar tetapi sebaliknya harus selalu tabah dan sabar.
3. Duduk dengan kelakuan yang hebat dan menundukkan kepala.
Guru diharapkan menjadi figur yang disegani oleh muridnya, sehingga dalam tingkah lakunya harus menunjukkan kewibawaan dan kharisma, walau duduk dengan posisi tegap tetapi selalu menundukkan kepala sebagai simbul dari kearifannya.
4. Meninggalkan takabbur
Sombong merupakan sifat yang dilarang bagi manusia, apalagi bagi seorang guru, sebagai pendidik dia harus mengajarkan sifat-sifat mulia kepada muridnya dan tidak menunjukkan takabbur di depan anak didiknya.
5. Merendahkan diri
Tawadhuk bukan berarti terlihat hina di depan manusia, akan tetapi ia merupakan sifat yang biasanya dimiliki oleh orang yang berhati mulia, seorang guru harus menunjukkan kerendahan hatinya.

6. Jangan bermain-main dan bersenda gurau
Dalam masyarakat Aceh sangat pantang seorang guru bersenda gurau dengan muridnya karena hal itu dapat mengurangi kawibawaan.
7. Kasih sayang segala muridnya
Guru harus memberikan perhatian yang sama pada seluruh muridnya tanpa pilih kasih. Dengan demikian semua anak didik akan mendapatkan perhatian yang sama dan memotivasi mereka dalam mencerna ilmu pengetahuan.
8. Perlahan-lahan atas pertanyaan orang yang bebal
Tentu saja ada orang yang berlaku kasar dan tidak sopan dalam beberapa majelis pengajian, dalam hal ini seorang pendidik harus bisa menyikapi hal tersebut dengan bijaksana dan tidak membalasnya dengan kekerasan, tetapi menjawab pertanyaan tersebut dengan lemah lembut dan tidak emosi.
9. Menunjukkan segala orang yang jahil dan jangan menggerintang (marah) (? Hal 930) orang yang baru belajar.
Guru harus menjadi pelita yang selalu menyinari hati orang jahil supaya dapat mengenal kebenaran dan bertambah ilmunya, seorang guru juga dilarang menyembunyikan ilmunya, dan tidak boleh membentak murid yang baru belajar karena kebodohannya.
10. Jangan malu mengata tiada kutahu jika tiada mengetahui pada suatu masalah atau syak padanya.
Seorang guru tidak boleh bersikap egois, kebenaran hendaklah dijunjung tinggi meskipun ia harus mengaku “belum tahu” atau “tidak tahu” dalam persoalan yang memang belum diketahui jawabannya. Seorang ulama dan guru harus berbesar hati dan selalu profesional sehingga tidak menjawab persoalan dengan pendapat pribadinya.
11. Hendaklah sungguh-sungguh berhadap kepada orang yang bertanya.
Walau sederhana hal ini akan memberi kesan respek dan akrab bagi murid, dengan memandang ke wajah orang yang bertanya menandakan kalau seorang guru tersebut sangat menghargai orang yang bertanya tersebut.
12. Menerima dalil dari murid yang membenarkan akan kata dirinya dan jangan menolak akan dia karena malu, karena mengikut yang benar itu wajib.
Jika ada murid yang lebih pandai darinya, seorang guru harus menerima pendapat murid tersebut, tidak boleh menolak hanya karena merasa lebih pandai, apalagi sampai mengancam murid seakan-akan sudah melangkahi guru atau melawannya.
13. Jangan malu daripada kembali pada masalah yang sudah tersalah.
Maksudnya seorang guru tidak perlu malu untuk mencabut kembali pernyataannya jika memang terbukti pendapat itu salah. Dengan demikian ia akan disegani dan dihormati karena jiwa besarnya.
14. Menegahkan orang yang berajar daripada ilmu yang tiada memberi manfaat.
Seorang guru harus memastikan semua muridnya belajar ilmu yang bermanfaat, jika memang ilmu tersebut tidak bermanfaat ia harus melarang murid untuk melanjutkan belajarnya, jangan sampai murid terus-menerus terjerumus dalam kesesatan dan kebodohan.
15. Menegahkan orang yang berajar yang maksud lain daripada  karena Allah Ta’ala.
Seorang guru harus mampu membentuk karakter muridnya supaya mereka belajar sungguh-sungguh karena Allah SWT, keikhlasan akan membuat proses belajar-mengajar berjalan tanpa diganggu oleh faktor eksternal seperti mengharapkan gaji dan bantuan dari pihak manapun.
16. Menegahkan orang yang berajar fardhu kifayah dahulu daripada fardhu ain. Bermula fardhu ain itu ilmu fiqh, ilmu tauhid, dan ilmu tasawuf.
Seorang guru harus mengarahkan muridnya supaya ada prioritas dalam belajar, jangan mendahulukan pelajaran yang sebenarnya tidak mendesak dilakukan dengan meninggalkan ilmu yang seharusnya dipelajari segera.
17. Beramal ia seperti ilmunya supaya diikut oleh muridnya.
Guru seringkali dijadikan idola oleh muridnya, jika ia beramal sesuai dengan ilmunya sudah tentu murid akan mengikuti jejaknya.

Adab Murid
Di samping adab yang harus dijaga oleh guru, Syeikh Muhammad juga menekankan pentingnya adab bagi murid, kedua pihak harus saling menjaga adab masing-masing.
Pasal pada menyatakan adab orang yang belajar, maka yaitu sebelas perkara:

1. Mendahulu memberi salam akan gurunya.
Budaya salam sangat mengakar dalam masyarakat Aceh, setiap berjumpa dengan orang lain di mana saja selalu disertai dengan memberi salam sambil mengangkat tangan kanan, kalau tidak memberi salam orang tersebut akan dipandang sinis oleh orang lain, seorang murid harus lebih dulu memberi salam jika berjumpa dengan gurunya, kalau tidak dia akan dianggap tidak memiliki adab dan tata krama.
2. Jangan banyak kata di hadapan guru.
Budaya hormat (takzim) guru dalam masyarakat Aceh sangat dijunjung tinggi. Seorang murid dilarang banyak berbicara jika berada di depan gurunya baik di dalam majelis ilmu maupun di tempat lainnya, sebaliknya ia harus memberi kesempatan kepada gurunya untuk bicara dan memberi nasehat.

3. Jangan berkata yang tiada ditanya oleh gurunya.
Dalam ruang belajar seorang murid dilarang berbicara kecuali ketika diminta oleh gurunya. Dengan demikian nuansa belajar terasa nyaman dan penuh konsentrasi.
4. Minta izin kepada gurunya ketika hendak bertanya.
Dalam ruang belajar seorang murid tidak boleh berbicara tanpa izin dari guru, kalau mau bertanya pun dia harus minta izin dulu, kalau diizinkan baru mengajukan pertanyaannya.
5. Jangan dikata akan gurunya bahwasanya si pulan itu bersalahan daripada yang engkau kata.
Bisa saja pendapat guru berbeda dengan pendapat orang lain, dalam hal ini seorang murid tidak boleh mengkonfrontir pendapat gurunya dengan orang lain di ruang belajar, sehingga tidak menjatuhkan martabat guru di depan murid lainnya.
6. Jangan mengisyarat di hadapan gurunya barang yang menyalahi bicara gurunya, maka sangkanya orang lain lebih benar dari gurunya, karena yang demikian itu kurang adab dan berkat.
Jangan sekali-kali murid menyampaikan kata-kata yang membantah pendapat guru atau mengesankan seolah-olah orang lain lebih pandai gurunya.
7. Jangan berbisik-bisik di hadapan gurunya dengan orang lain.
Jangankan berbicara yang tidak perlu, berbisik-bisik saja tidak dibolehkan di depan guru yang sedang mengajar, karena akan menyebabkan guru tersinggung dan merasa diacuhkan.
8. Jangan berpaling ke kiri dan ke kanan di hadapan gurunya, tetapi duduk ia seperti dalam sembahyang.
Disini tercermin bagaimana khusyuknya suasana belajar mengajar dalam masyarakat Aceh. Pola duduk yang dianjurkan di hadapan guru adalah sebagaimana duduk di dalam shalat, tidak menoleh kiri-kanan.
9. Jangan banyak soal tatkala segan gurunya.
Kalau guru dalam keadaan segan jangan menanyakan persoalan yang dapat membebaninya secara psikologis tetapi lebih baik diam saja sambil mendengar pada guru.
10. Hendak berdiri ia tatkala berdiri gurunya atau tatkala datang.
Bentuk lain dari adab murid yang sudah berlangsung lama di Aceh adalah menghormati guru dengan cara berdiri ketika datang atau ketika guru berdiri hendak keluar dari tempat mengajar.
11. Jangan jahat sangka akan gurunya tatkala kau lihat bersalahan perbuatannya dengan ilmumu.
Bisa saja seorang guru melakukan sesuatu yang bertentangan dengan pendapat muridnya, dalam hal ini murid dilarang berprasangka negatif apalagi menegur langsung, karena diyakini seorang guru lebih mengetahui tentang apa yang dilakukannya.
Di antara adab yang ditekankan oleh penulis kitab tersebut adalah tidak boleh belajar kecuali ilmu yang bermanfaat, diiringi niat yang ikhlas karena Allah SWT serta memperbanyak zikir.

Perilaku Murid dalam Masyarakat
Syeikh Muhammad juga menekankan pentingnya style pakaian, penampilan, tingkah laku yang harus dijaga oleh seorang murid. Hal tersebut sebagaimana dituliskan dalam kitabnya:
“Inilah khatimah pada menyatakan segala perbuatan yang tak dapat tiada bagi murid”
Disini syeikh Muhammad mengingatkan para murid agar tetap menjaga jati dirinya dimana pun berada, seperti menjaga pakaian agar selalu menggunakan warna putih karena itu merupakan salah satu sunnah Nabi saw., selalu mendahului dalam memberi salam kepada siapa pun, menyayangi semua orang tanpa pilih kasih, tidak berburuk sangka pada manusia walaupun ia bersifat fasiq sekalipun, tidak boleh menghina orang lanjut usia, serta selalu menuntut ilmu dimana pun  berada. Pesan tersebut adalah:
1. Dan setengah daripadanya memakai ia akan pakaian putih yang tiada baik, karena Allah Taala itu kasih ia akan pakaian putih, dan lagi pakaian putih itu setengah daripada pakaian nabi SAW.

2. Dan setengah daripadanya mendahului memberi salam atas segala manusia karena yang demikian itu alamat tawadhuk lagi sangat kasih hak Allah akan dia.
3. Dan setengah daripadanya mengasih akan segala manusia karena orang yang kasih akan manusia itu kasih hak Allah akan dia.

4. Dan setengah daripada adab murid jangan jahat sangka akan manusia jikalau sangat fasiq sekalipun.

5. Dan setengah daripada adab murid itu jangan menghinakan segala orang yang tuha-tuha dan hendaklah dimuliakan akan dia.

6. Dan setengah daripada adab murid itu sentiasa ia menuntut ilmu, jangan ditinggalkan akan tuntutnya.
Pesan-pesan di atas umumnya sejalan dengan ajaran Islam, walaupun dalam masyarakat hal tersebut telah membudaya dan menjadi jati diri masyarakat Aceh yang memang religius.

Dikutip dari : dayah pesantren Baitul Arqam

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More