Blogger Widgets
- See more at: http://www.komputerseo.com/2010/12/cara-membuat-teks-bergerak-melingkar.html#sthash.WfcLdHgR.dpuf

Rabu, 15 Mei 2013

RIWAYAT HIDUP ABU BAKAR AS SHIDDIQ


RIWAYAT HIDUP ABU BAKAR AS SHIDDIQ


1. JASA-JASA ABU BAKAR RA.
Abu Bakar ash-Shiddiq ra. adalah sahabat yang pertama kali masuk Islam, dan selalu menyertai Rasulullah sepanjang hidupnya baik di Makkah maupun di Madinah. Tidak hanya itu, beliau adalah sahabat Rasulullah saw. sekaligus teman bermusyawarah dan wazirnya. Di tangannya para senior sahabat masuk memeluk Islam seperti Usman bin Affan, az-Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.26 Setia mendampingi Rasulullah saw. dalam menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan, siap membela beliau dengan sepenuh jiwa, bahkan beliau pula yang telah membebaskan banyak budak-budak yang di siksa karena masuk Islam seperti Bilal, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubaisy. Zinnirah, Nahdiyyah dan kedua putrinya, serta budak wanita milik Bani Muammal27
Beliaulah yang menemani Nabi di kala hijrah, dan turut serta dalam setiap peperangan bersama Rasulullah saw. seperti Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah, Penaklukan kota Makkah, Hunain, Tabuk dan pertempuran besar lainnya.Setelah menjabat sebagai khalifah maka beliaulah yang berrugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh negeri Islam dan wilayah kekhalifahannya sepeninggal Rasulullah saw. maka tercatat sejumlah reputasi beliau yang gemilangdi antaranya,
1) Instruksinya agar jenazah Rasulullah saw., diurus hingga dikebumikan.
2).Melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah yang sebelum-nya telah dipersiapkan Rasulullah saw. sebelum wafat, sebagaimana kelak akan diterangkan secara rinci.
3) Kebijakannya menyatukan persepsi sahabat
Kebijakannya menyatukan persepsi seluruh sahabat untuk memerangi kaum murtad dengan segala persiapan ke arah itu, kemudian instruksinya untuk memerangi seluruh kelompok yang murtad di wilayah masing-masing.
4) Memerintahkan untuk mengumpulkan teks Al-Qur’an
Ibnu Katsir berkata, “Pada tahun 12 H Abu Bakar ash-Shiddiq ra. memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengkumpulkan al-Qur’an dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para Qari’ penghafal al-Qur’an banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Shahih al-Bukhari28 Imam al- Bukhari berkata29, Bab Pengumpulan al-Qur’an kemudian dia mulai menyebutkan sanadnya hingga sampai kepada Ibnu Syihab dari Ubaid bin as- Sabbaq, bahwa Zaid bin Tsabit pernah berkata, “Abu Bakar ash-Shiddiq ra. mengirim kepadaku surat tentang orang-orang yang terbunuh diperang Yamamah, ketika aku mendatanginya, kudapati Umar bin al-Khaththab berada di sampingnya, maka Abu Bakar berkata, “Umar mendatangiku dan berkata, “Sesungguhnya banyak para Qurra’ penghafal al-Qur’an yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari’ yang masih hidüp kelak terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagian besar dari ayat al-Qur’an, menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan agar segera mengumpulkan dan membukukan al-Qur’an.”
Aku bertanya kepada Umar, “Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah saw.?” Umar menjawab, “Demi Allah, ini adalah kebaikan!” Dan Umar terus menuntutku hingga Allah melapangkan dadaku untuk segera melaksanakannya, akhirnya akupun setuju dengan pendapat Umar, Zaid bin Tsabit berkata, “Kemudian Abu Bakar berkata padaku, “Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal dan penuh amanah, dan engkau telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah saw., maka carilah seluruh ayat al-Qur’an yang berserakan dan kumpulkanlah.” Berkata Zaid, “Demi Allah jika mereka memerintahkan aku untuk memikul gunung tentu-lah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan instruksi Abu Bakar agar aku mengumpulkan al-Qur’an.” Aku bertanya, “Bagaimana kalian melakukan sesuatu perbuatan yang tidak diperbuat oleh Rasulullah saw. Dia berkata, “Demi Allah ini adalah suatu kebaikan!” Dan Abu Bakar terus berusaha meyakinkan aku hingga akhirnya Allah melapangkan dadaku untuk menerimanya sebagaimana Allah melapangkan dada mereka berdua Maka aku mulai mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur’an yang ditulis di daun-daunan, kulit maupun dari hafalan para penghafal al-Qur’an, hingga akhirnya aku menemukan akhir surat at-Taubah yang ada pada Abu Khuzaimah al-Anshari, yang tidak kudapatkan dari selainnya, yaitu ayat:
” Sesungguhmja telah datang kepndamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu.” (At-Taubah: 128). Hingga akhir surat al-Bara’ah. Kemudian al-Qur’an yang telah dikum-pulkan dan dibukukan itu disimpan oleh Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya.
Setelah itu berpindah ke tangán Umar sewaktu hidup-nya, dan akhirnya berpindah ke tangán Hafshah binti Umar Imam al-Bukhari berkata, Ibnu Syihab berkata, Telah berkata kepadaku Kharijah bin Zaid bin Tsabit, bahwasanya dia mendengar Zaid berkata, “Aku tidak mendapatkan satu ayat dari surat al-Ahzab ketika kami menulis al-Qur’an ke dalam satu mushaf, sementara aku pernah mendengarkan Rasulullah saw. membacanya, akhirnya ayat tersebut kami cari dan ternyata ayat tersebut ada pada Khuzaimah bin Tsabit al-Anshari,
” Di antara orang-orang mu’ min itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah.” (Al-Ahzab: 23). Maka segera kami sisipkan ke tempatnya di dalam mushaf.
5). Pengiriman pasukan untuk menyebarkan Agama Allah
Pengiriman pasukan untuk menyebarkan Agama Allah kepada bangsa bangsa yang bertetangga dengan kaum muslimin baik kepada penduduk Persia maupun penduduk Syam, dalam rangka merealisasikan firman Allah SWT “Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan dari padamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa.” (At-Taubah: 123).
2. QADHI, SEKRETARIS DAN AMIL ZAKAT DI MASA KHALIFAH ABU BAKAR
Sebelum Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, profesi beliau dalam mencari nafkah adalah seorang pedagang, setelah dilantik sebagai khalifah maka sebagaimana biasanya beliau berangkat ke pasar untuk berdagang, dijalan beliau bertemu dengan umar bin al-Khaththab dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah, keduanya menghampirinya dan berkata, “Profesimu sebagai pedagang kini sudah tídak sesuai lagi sejak engkau mengemban amanat yang amat besar ini.” Abu Bakar ash- Shiddiq ra. menjawab, “Jika tídak dengan berdagang seperti ini bagaimana aku dapat menghidupi anak istriku?” Keduanya menjawab, “Mari ikut kami agar kami siapkan untukmu gaji.”
Maka sejak itu Abu Bakar diberi upah setengah kambing dan dijamin baginya pakaian beserta sandang pangan, Umar berkata, Biarlah aku yang mengurusi masalah qadha (peradilan), selanjutnya Abu Ubaidah berkata, “Serahkan kepadaku urusan pajak.” Umar berkata, “Sejak aku menjabat sebagi Qadhi di peradilan, selama sebulan penuh aku duduk menganggur tídak satupun terjadi persengketaan antara dua orang.”30
Dan yang menjadi sekretaris dan juru tulisnya adalah Zaid bin Tsabit, Usman bin Affan atau siapa yang hadir ketika itu di sisinya. Adapun gubernur untuk wilayah Makkah adalah Itab bin Sa’id, untuk wilayah Tha’if adalah Usman bin Abi al-Ash, untuk wilayah adalah Shan’a Muhajir bin Abi Umayyah, untuk wilayah Hadramaut adalah Ziyad bin Lubaid, untuk wilayah Khaulan adalah Ya’la bin Umayyah, untuk wilayah Zubeid dan Rima’31 adalah Abu Musa al-Asy’ari, untuk wilayah al-Janad32 adalah Mu’adz bin Jabal, untuk wilayah Bahrain adalah ai-Ala’ bin al-Hadrami. Beliau juga mengutus Jabir bin Abdillah al-Bajalli ke Najran, Abdullah bin Tsaur -salah seorang dari Bani al-Ghauts- diutus ke daerah Jurasy33, kemudian beliau mengutus Iyadh bin Ghanm al-Fahri ke Daumatul Jandal, wilayah Syam diserahkan kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Syarahbil bin Hasanah, Yazid bin Abu Sufyan, Amru bin al-Ash, seluruhnya adalah pemimipin pasukan di bawah satu komandan yaitu Khalid bin Walid.34
Ketika itu Abu Bakr belum mendirikan baitul mal secara independen, melainkan hanyalah mengambil sebuah kamar kecil di rumahnya yang berada di sanuh, ketika salah seorang sahabat berkata padanya, “Tidakkah engkau memerlukan penjaga Baitul mal tersebut?” Dia menjawab, “Tidak, sebab kamar tersebut memiliki gembok yang terkunci. Namun ketika beliau pindah ke rumahnya yang di samping masjid Nabawi maka beliau harus memindahkan baitul mal tersebut ke sana. Ketika Abu Bakar wafat, maka Umar membuat para penjaga baitul mal secara khusus, ketika baitul mal di buka tenyata mereka tidak menemukan apapun.35
3.USIA DAN WAFAT ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ RA.
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata36, “Abu Bakar ash-Shiddiq ra. wafat pada hari
senin di malam hari, ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar wafat setelah Maghrib (malam selasa) dan dikebumikan pada malam itu juga .8 hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir tahun 13 H, setelah beliau mengalami sakit selama 15 hari. Pada waktu itu Umar menggantikan posisinya sebagai imam kaum muslimin dalam shalat.
Ketika sakit beliau menuliskan wasiatnya agar tampuk pemerintahan kelak diberikan kepada Umar bin al- Khaththab, dan yang menjadi juru tulis waktu itu adalah Usman bin Affan, Setelah surat selesai segera dibacakan kepada segenap kaum muslimin, dan mereka menerimanya dengan segala kepatuhan dan ketundukan.37 Masa kekhalifahannya berjalan selama 2 tahun 3 bulan38, dan beliau wafat pada usia 63 tahun39 persis dengan usia Nabi, akhirnya Allah me-ngumpulkan jasad mereka dalam satu tanah, sebagaimana Allah mengum-pulkan mereka dalam kehidupan. Sebelum wafat beliau telah mewasiatkan agar seperlima dari hartanya disedekahkan sembari berkata,”Aku akan menyedekahkan hartaku sejumlah yang Allah ambil dari harta fai’ kaum muslimin.40
Ketika beliau dalam kondisi sekarat, ada yang berkata kepadanya, “Maukah anda jika kami carikan seorang dokter?” Maka spontan dia menja-wab, “Dia telah melihatku (maksudnya Allah) dan Dia berkata, “Sesungguh-nya Aku akan berbuat apa-apa yang Kukehendaki.41
Disebutkan bahwa sebab beliau jatuh sakit dan wafat bahwa beliau dan al- Harits seorang dokter yang masyhur- pernah memakan khazirah42 yang dihadiahkan kepada Abu Bakar, maka setelah memakan daging itu berkata al-Harits, “Angkatlah tangán anda wahai Khalifah Rasulullah saw., demi Allah sesungguhnya daging ini telah beracun, maka Abu Bakar segera mengangkat tangannya, sejak itu keduanya selalu merasa sakit hingga akhirnya keduanya wafat satu tahun kemudian.43 Versi lain ada yang mengatakan bahwa sebab wafatnya beliau karena mandi pada waktu musim dingin yang bersengatan, yang membuat beliau demam lalu wafat karena itu.
Dalam keadaan sakit beliau melantunkan sebuah bait syair,
Engkau selalu memberikan kabar duka cita atas kematian kekasihmu
Hingga kini engkaulah yang akan merasakan kematian itu
Banyak orang memiliiki cita-cita
Namun kematian jualah yang menghadang segalanya.44
Di antara wasiat beliau kepada ‘Aisyah ra., Aku tidak meninggalkan harta untuk kalian kecuali hewan yang sedang hamil, serta budak yang selalu membantu kita untuk membuat pedang kaum muslimin, karena itu jika aku wafat tolong berikan seluruhnya kepada Umar. Ketika ‘Aisyah ra. menunaikan wasiat itu kepada Umar maka Umar berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Bakar, sesungguhnya dia telah membuat kesulitan (untuk mengikutinya) bagi orang-orang yang menjadi khalifah setelahnya.45
Ketika Salman al-Farisi datang menjenguknya, Salman berkata, “Wahai Khalifah Rasulullah saw. berikan aku wasiat, sebab kulihat engkau tidak akan dapat lagi melakukannya setelah hari ini.” Maka Abu Bakar menjawab, Wahai Salman, pasti akan terjadi penaklukan (negeri-negeri kafir) tapi aku tidak pernah mengetahui apa-apa yang engkau peroleh dari bagianmu kecuali apa-apa yang dapat engkau makan dan engkau masukkan ke dalam perutmu, atau apa-apa yang dapat kau kenakan di atas punggungmu (pakainmu), dan ketahuilah sesungguhnya barangsiapa yang mengerjakan shalat lima waktu, maka dia telah berada dalam lindungan Allah pada pagi hari maupun sore harinya, dan jangan sampai engkau membunuh seorang ahli dzimmah, maka kelak Allah pasti akan menuntutmu di hari kiamat dan mencampakkan dirimu dalam keadaan tersungkur dengan wajahmu ke dalam neraka.46
Ibn Sa’ad menyebutkan dengan sanadnya dari al-Qashim bin Muhammad dia berkata, “Abu Bakar dikafankan dalam dua kain, kain yang berwarna putih, dan satu lagi berwarna lain, beliau berpesan, ‘Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih membutuhkan kain dari orang yang telah mati, sebab kain kafan hanyalah menutup apa-apa yang akan keluar dari hidung maupun mulutnya.”47
Beliau dimakamkan bersama Rasulullah saw. dalam kamar (Aisyah) dan beliau dishalatkan oleh Umar bin al-Khaththab Beliaulah yang pertama kali diangkat oleh Rasulullah saw. sebagai amir

Riwayat Hidup Umar bin Khattab


Riwayat Hidup Umar bin Khattab

Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan  khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As Siddiq.
Nasabnya adalah Umar bin Khattabbin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin ‘Adiy bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka’ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau “kun-yah” Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua; dan memberi “laqab” (julukan) al Faruq.
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal denganUmar bin Khattab (581 – November 644) (bahasa Arab:عمر ابن الخطاب) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Muhammad, Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits “Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku”.
Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.
MEMELUK ISLAM UMAR BIN KHATTAB
Ketika Muhammad menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Muhammad.
Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Muhammad, Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Muhammad, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang pengikut Muhammad bernama Nu’aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh Muhammad yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur’an (surat Thoha ayat 1-8), ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Muhammad kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.
KEHIDUPAN DI MADINAH UMAR BIN KHATTAB
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Muhammad dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Muhammad dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa Muhammad dan para pengikutnya.
KEMATIAN MUHAMMAD UMAR BIN KHATTAB
Pada saat kabar kematian Muhammad pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah sampai kepada umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Muhammad tidaklah wafat melainkan hanya sedang tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu.
Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, Ia menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan (|cquote! :”Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati.”! |)
Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Muhammad, seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur’an yan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang diajarkan Muhammad yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
MASA KEKHALIFAHAN ABU BAKAR UMAR BIN KHATTAB
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Ssetelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.
MENJADI KHALIFAH
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
KEMATIAN UMAR BIN KHATTAB
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
1.      Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2.      Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3.      Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
4.      Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5.      Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
6.      Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Dikutip dari: dayah pesantren Baitul Arqam

Riwayat Hidup Usman bin Affan


Riwayat Hidup Usman bin Affan

Utsman bin Affan (sekitar 574 –656) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap beliau adalah Utsman bin affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada tahun keenam tahun Gajah. Kira-kira lima tahun lebih muda dari Rasullulah SAW.
Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah menikahkan dua putrinya untuk Utsman; Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah.
Menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.
Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau adalah salah satusahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman.
Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya.
Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau sahabat Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum Muhajirin lainya.
Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Suasana sempat tegang ketika Utsman tak kenjung kembali. Kaum muslimin sampai membuat ikrar Rizwan – bersiap untuk mati bersama untuk menyelamatkan Utsman. Namun pertumpahan darah akhirnya tidak terjadi. Abu Sofyan lalu mengutus Suhail bin Amir untuk berunding denganNabi Muhammad SAW. Hasil perundingan dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah.
Semasa Nabi SAW masih hidup, Utsman pernah dipercaya oleh Nabi untuk menjadi walikota Madinah, semasa dua kali masa jabatan. Pertama pada perang Dzatir Riqa dan yang kedua kalinya, saat Nabi SAW sedang melancarkan perang Ghatfahan.
Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Agama dan Masyarakat umum.
Sebagai Contoh :
1.      Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
2.      Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
3.      Beliau mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya ekspedisi tersebut.
4.      Pada masa pemerintahan Abu Bakar,Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Masa Kekhalifahan
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.
Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.
Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah.
Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.
Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.
Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain :
1.      Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
2.      Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.
3.      Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
4.      Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
5.      Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
6.      Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
7.      Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)


Dikutip dari: dayah pesantren Baitul Arqam

KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB


KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
.

NASAB DAN KEDUDUKAN ALI BINABI THALIB RA
Nama lengkap beliau, Ali binAbi Thalib ra. bin Abdi Manaf bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah Abul Hasan dan Husein, digelari Abu Turab, keponakan sekaligus menantu Rasulullah saw. dari puteri beliau, Fathimah az-Zahra’.
Ibu beliau bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay, ibunya digelari Wanita Bani Hasyim pertama yang melahirkan seorang putera Bani Hasyim. Beliau memiliki beberapa orang saudara laki-laki; Thalib, Aqiel dan Ja’far. Mereka semua lebih tua dari beliau, masing-ma-sing terpaut sepuluh tahun. Beliau memiliki dua orang saudara perempuan; Ummu Hani’ dan Jumanah. Keduanya adalah puteri Fathimah binti Asad, ia telah masuk Islam dan turut berhijrah. Ayah beliau bernama Abu Thalib. Dia adalah paman kandung yang sangat menyayangi Rasulullah saw. nama sebenarnya Abdi Manaf. Demikianlah disebutkan oleh Imam Ahmad dan ulama-ulama ahli nasab dan sejarah.
Kaum Rafidhah mengira Abu Thalib ini bernama Imran, bahwa dialah yang dimaksud dalam firman Allah SWT.: ” Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).” (Ali Imran: 33).
Kaum Rafidhah ini telah jatuh dalam kesalahan yang amat besar. Mereka tidak memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an lainya sebelum mereka mengucapkan kedustaan tersebut dengan menafsirkan ayat seenaknya. Karena setelah itu Allah SWT. mengatakan, ” (Ingatlah), ketika isteri Imran berkata, ‘ Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis)’.” (Ali Imran: 35). Allah SWT. menyebutkan kelahiran Maryam binti Imran. Begitulah zhahirnya, alhamdulillah.
Abu Thalib ini sangat menyayangi Rasulullah saw. namun ia tidak ber-iman kepada beliau. Bahkan ia mati di atas kekufuran seperti yang telah diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari.876 Ali binAbi Thalib ra. termasuk salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga dan salah seorang dari enam orang ahli syura. Beliau termasuk sahabat yang Rasulullah saw. wafat dalam keadaan ridha kepadanya. Beliau adalah khalifah rasyid yang keempat.
Sifat Fisik Ali Bin Abi Thalib ra.
Beliau memiliki kulit berwarna sawo matang, bola mata beliau besar dan berwarna kemerah-merahan, berperut besar dan berkepala botak. Berperawakan pendek dan berjanggut lebat. Dada dan kedua pundak beliau padat dan putih, beliau memiliki bulu dada dan bahu yang lebat, berwajah tampan dan memiliki gigi yang bagus, ringan langkah saat berjalan.
Keislaman Ali bin Abi Thalib ra. dan Peran Beliau Sebelum Diangkat Menjadi Khalifah
Ali binAbi Thalib ra. masuk Islam saat beliau berusia tujuh tahun, ada yang mengatakan delapan tahun, dan ada pula yang mengatakan sepuluh tahun. Dikatakan bahwa beliau adalah orang yang pertama kali masuk Islam. Namun yang shahih adalah beliau merupakan bocah yang pertama kali masuk Islam, sebagaimana halnya Khadijah adalah wanita yang pertama kali masuk Islam, Zaid bin Haritsah adalah budak yang pertama kali masuk Islam, Abu Bakar ra adalah lelaki merdeka yang pertama kali masuk Islam.
Ali bin Abi Thalib ra. Memeluk Islam dalam usia muda disebabkan ia berada di bawah tanggungan Rasulullah saw. Yaitu pada saat penduduk Makkah tertimpa paceklik dan kelaparan, Rasulullah saw. mengambilnya dari ayahnya. Ali bin Abi Thalib kecil hidup bersama Rasulullah saw. Dan ketika Allah mengutus beliau menjadi seorang rasul yang membawa kebenaran, Khadijah serta ahli bait beliau, termasuk di dalamnya Ali bin Abi Thalib, segera memeluk Islam. Adapun keislaman yang bermanfaat dan menyebar manfaatnya kepada manusia adalah keislaman Abu Bakar ash-Shiddiq Diriwayatkan dari Ali bahwa ia berkata,
“Aku adalah orang yang pertama kali masuk Islam.” namun sanadnya tidak shahih. Telah diriwayatkan juga haditshadits yang semakna dengan ini yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir, namun kebanyakan dari hadits itu adalah munkar dan tidak shahih, wallahu a’lam.
Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi berkata, “Wanita pertama masuk Islam adalah Khadijah, kaum lelaki pertama yang masuk Islam adalah Abu Bakar dan Ali , hanya saja Abu Bakar menyatakan keislamannya sementara Ali menyembunyikannya.” Menurut saya, “Yang demikian itu karena ia takut kepada ayahnya, kemudian ayahnya memerintahkannya supaya mengikuti dan membela keponakannya.” Ali turut berhijrah setelah Rasulullah saw. keluar dari kota Makkah.
Rasulullah saw. menugaskannya untuk memberaskan hutang piutang beliau dan mengembalikan barang-barang yang dititipkan kepada beliau. Kemudian Ali menyusul beliau setelah melaksanakan perintah beliau dan turut berhijrah. Rasulullah saw.
Beliau ikut serta dalam perang Badar dan beliau memiliki jasa yang besar dalam peperangan tersebut. Beliau juga turut serta dalam peperangan Uhud, pada saat itu beliau tergabung dalam sayap kanan pasukan yang memegang panji setelah Mush’ab bin Umair. Beliau juga turut serta dalam perang Khandaq. Dalam peperangan ini beliau berhasil menewaskan jagoan Arab dan salah seorang pemberani mereka yang sangat populer, yakni Amru bin Abdi Wud al-’Amiri.
Beliau juga turut serta dalam perjanjian Hudaibiyah dan Bai’atur Ridhwan. Beliau juga mengikuti peperangan Khaibar. Dalam peperangan ini beliau menunjukkan aksi yang luar biasa dan kepahlawanan yang mengagumkan.
Allah member kemenangan lewat tangannya. Dan dalam peperangan ini beliau berhasil menewaskan Mirhab al-Yahudi. Beliau juga turut serta dalam Umrah Qadha’. Pada saat itulah Rasulullah saw. berkata kepadanya, “Engkau bagian dariku dan aku adalah bagian darimu.”
Adapun kisah yang banyak diceritakan oleh para qushshash (tukang cerita) bahwa beliau pernah bertarung melawan jin di sumur Dzatul ilmi, sebuah sumur di dekat Juhfah, adalah kisah yang tidak ada asal-usulnya. Kisah itu termasuk kisah yang diada-adakan oleh orang-orang jahil dan tukang cerita, janganlah terpedaya dengannya.
Beliau juga mengikuti penaklukan kota Makkah, peperangan Hunain dan ath-Thaif. Beliau berperang dengan gagah berani lalu beliau berumrah bersama Rasulullah saw. dari al-Ji’ranah. Ketika Rasulullah saw. berangkat ke Tabuk, beliau mengangkatnya sebagai pengganti beliau di Madinah. la berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah saw. apakah engkau membiarkan aku bersama kaum wanita dan anak-anak?” Rasulullah saw. berkata kepadanya, ” Tidakkah engkau ridha kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku.”
Rasulullah saw. mengutusnya sebagai amir dan hakim di negeri Yaman bersama dengan Khalid bin al-Walid. Kemudian beliau menyusul Rasul pada haji wada’ ke Makkah dengan membawa onta korban beliau. la bertahallul sebagaimana tahallulnya. Rasulullah saw. dan memberinya bagian dari hewan korban beliau.
Lalu ia tetap mengenakan kain ihramnya bersama Rasulullah saw. dan menyembelih hewan korban bersama beliau setelah menyelesaikan manasik haji. Ketika Rasulullah saw. sakit, al-Abbas berkata kepadanya, “Tanyalah kepada Rasulullah saw. , siapakah yang berhak meme-gang kepemimpinan setelah beliau?” Ali berkata, “Demi Allah aku tidak akan menanyakannya kepada beliau, sebab apabila beliau melarangnya dari kita maka orang-orang tidak akan menyerahkannya kepada kita selama-lamanya.”883
Hadits-hadits yang shahih dan jelas menunjukkan bahwa Rasulullah saw. tidak mewasiatkan jabatan kekhalifahan kepadanya ataupun kepada selainnya. Bahkan beliau mengisyaratkan dengan menyebut Abu Bakar. Beliau member isyarat yang dapat dipahami dan sangat jelas sekali maksudnya. Seperti yang telah kami sebutkan dalam juz sebelumnya, alhamdulillah884
Adapun kebohongan yang dilontarkan oleh orang-orang jahil dari kalangan Syi’ah dan tukang cerita yang bodoh bahwa Rasulullah saw. telah mewasiatkan jabatan kekhalifahan kepada Ali jelas merupakan sebuah kedustaan dan kebohongan yang sangat besar yang menjerumuskan mereka ke dalam kesalahan yang sangat besar pula. Seperti tuduhan para sahabat telah berkhianat dan bersepakat menggagalkan wasiat Rasulullah saw. dan menahannya dari orang yang telah diberi wasiat. Lalu menyerahkannya kepada orang lain tanpa alasan dan sebab. Setiap mukmin yang beriman kepada Allah dan RasulNya, meyakini bahwa Dienul Islam adalah haq pasti mengetahui batil-nya kedustaan ini. Karena para sahabat adalah sebaik-baik manusia setelah para nabi. Mereka adalah generasi terbaik umat ini yang merupakan umat terbaik di dunia maupun di akhirat berdasarkan nash al-Qur’an serta berda-sarkan ijma’ salaf dan khalaf.
Kemudian, ketika Rasulullah saw. wafat, Ali termasuk salah seorang yang memandikan, mengkafani dan mengebumikan jenazah Rasulullah saw. Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq dibai’at menjadi khalifah pada hari Saqifah, Ali termasuk salah seorang yang berbai’at di masjid, seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya.885 Abu Bakar ash-Shiddiq dalam pandangan Ali bin Abi Thalib ra. sama seperti para umara’ dari kalangan sahabat yang lainnya, beliau berpandangan mentaati Abu Bakar merupakan kewajibannya dan merupakan perkara yang paling ia sukai. Ketika Fathimah wafat enam bulan setelah Rasulullah saw. ketika itu ia kurang puas terhadap beberapa keputusan Abu Bakar disebabkan warisan yang tidak ia peroleh dari ayahnya. Ia belum mengetahui nash khusus dalam masalah ini bagi para nabi, yakni mereka tidak mewariskan harta warisan kepada sanak famili.
Ketika hal itu sampai kepadanya ia me-minta kepada Abu Bakar agar mengangkat suaminya sebagai pengawas sedekah (harta warisan) tersebut, akan tetapi Abu Bakar menolaknya. Maka ia terus memendam ketidakpuasan terhadap Abu Bakar seperti yang telah kami jelaskan terdahulu. Maka Ali berusaha mengambil hati istrinya. Setelah Fathimah wafat, Ali memperbaharui kembali bai’atnya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq Ketika Abu Bakar wafat lalu Umar memegang jabatan khalifah atas dasar wasiat Abu Bakar kepadanya, Ali bin Abi Thalib ra. termasuk salah seorang sahabat yang membai’at Umar. Ali selalu bersama Umar dan memberikan masukan positif kepadanya. Disebutkan bahwa Umar memintanya menjadi qadhi (hakim) pada masa kekhalifahannya. Beliau menyertai Umar bersama para tokoh dari kalangan sahabat ke negeri Syam dan menghadiri khutbah Umar di al-Jabiyah.
Ketika Umar ditikam dan beliau menyerahkan urusan musyarawah kepada enam orang sahabat, salah seorang di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib ra. Lalu mereka menetapkan dua orang calon, yaitu Utsman dan Ali. Lalu Utsman terpilih menjadi khalifah. Namun begitu, Ali tetap mendengar dan taat kepada Utsman.
 Ali Termasuk Orang yang Mencintai Allah dan RasulNya
Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ady bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera ini esok hari kepada seseorang yang mencintai Allah serta RasulNya dan dia dicintai Allah serta RasulNya. Semoga Allah memberikan kemenangan melalui tangannya.” Maka semalam suntuk orang-orang membicarakan siapakah di antara mereka yang akan diserahi bendera itu.
Keesokan harinya mereka mendatangi Rasulullah saw. masing-masing berharap dialah yang diserahi bendera itu. Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Di manakah Ali bin Abi Thalib ra.?” Dijawab, “Dia sedang sakit pada kedua matanya.” Rasulullah saw. bersabda, “Panggil dan bawa dia kemari.” Dan dibawalah Ali kehadapan Rasulullah saw. . Rasulullah saw. lalu meludah pada kedua belah matanya seraya berdoa untuknya. Seketika saja dia sembuh seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Kemudian Rasulullah saw. menyerahkan bendera itu kepadanya. Ali berkata, “Wahai Rasulullah saw., aku memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita.”
Rasulullah saw. bersabda, “Majulah ke depan dengan tenang! Sampai kami tiba ke tempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka hak-hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, sekiranya Allah memberikan petunjuk kepada seseorang melalui dirimu, sungguh lebih baik (berharga) bagimu daripada memiliki unta-unta merah.”
Ali bin Abi Thalib ra. Membenci Perselisihan.
Diriwayatkan dari Abidah bin Amru as-Salmani dari Ali bin Abi Thalib ra., ia berkata, “Putuskanlah hukum seperti kalian memutuskannya dahulu. Sesungguhnya aku membenci perselisihan. Upayakanlah agar kaum muslimin satu jama’ah, atau aku mati sebagaimana sahabat-sahabatku mati.” Ibnu Sirin menyimpulkan bahwa hampir seluruh riwayat yang dinukil dariAli adalah dusta.898
Wasiat Supaya Berpegang Teguh dengan Kitabullah dan Memelihara Hak Ahli Bait.
Imam Muslim berkata, “Zuhair bin Harb dan Syuja’ bin Makhlad telah menceritakan kepada kami dari Ibnu Ulayyah, Zuhair berkata, Ismail bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Hayyan telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Yazid bin Hayyan telah bercerita kepada kami, ‘Aku bersama Hushain bin Sabrah dan Umar bin Muslim berangkat menemui Zaid bin Arqam. Ketika kami duduk bersamanya. Hushain berkata kepadanya, ‘Engkau telah memperoleh kebaikan yang sangat banyak wahai Zaid! Engkau telah melihat Rasulullah saw. engkau telah mendengar hadits-hadits beliau, berperang bersama beliau dan shalat di belakang beliau. Engkau telah memperoleh kebaikan yang sangat banyak wahai Zaid. Maka dari iru sampaikanlah kepada kami hadits-hadits yang engkau dengar dari Rasulullah saw.’ Zaid pun berkata, ‘Wahai saudaraku, demi Allah usiaku telah lanjut, ajalku sudah dekat dan aku sudah lupa sebagian yang dahulu aku hafal dari Rasulullah saw. Terimalah hadits yang aku sampaikan ini kepada kalian. Dan apa-apa yang tidak aku sampaikan maka janganlah kalian bebani aku dengannya.’ Kemudian Zaid berkata, ‘Pada suatu hari Rasulullah saw. menyampaikan khutbah di sebuah mata air bernama Khum899 yang terletak antara Makkah dan Madinah. Setelah memanjatkan puja dan puji kepada Allah, memberi peringatan dan nasehat beliau berkata, ‘Amma ba’du, ketahuilah wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia, hampir tiba masanya kedatangan seorang utusan Rabbku dan aku akan menyambut panggilannya. Sungguh, aku telah tinggalkan padamu dua perkara, pertama Kitabullah, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Ambillah pedoman dari Kitabullah dan pegang teguhlah ia. Beliau memerintahkan untuk berpegang teguh kepada Kitabullah dan mencintainya, kemudian beliau bersabda, ‘ Dan aku peringatkan kepada Allah agar kalian menjaga ahli baitku’ Beliau ulangi sebanyak tiga kali.’
Al-Husain berkata kepadanya, ‘Siapakah ahli bait nabi wahai Zaid? Bukankah istri beliau termasuk ahli bait?’ Zaid berkata, ‘Istri beliau termasuk. Ahli bait, dan juga termasuk ahli bait adalah karib kerabat beliau yang diharamkan menerima zakat’ ‘Siapakah mereka?’ Tanya al-Husain lagi. Zaid menjawab, ‘Keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far dan keluarga Abbas. ‘Apakah mereka diharamkan menerima zakat?’ Tanya al-Husain lagi. ‘Benar!’ jawab Zaid.”900
Diriwayatkan dari Zirr bin Hubaisy dari Ali bin Abi Thalib ra. ia ber-kata, “Demi Allah yang menumbuhkan biji-bijian dan menciptakan jiwa, ini merupakan pesan nabi yang ummi kepadaku bahwasanya tidaklah sese-orang mencintaiku melainkan ia seorang mukmin dan tidaklah membenciku melainkan ia seorang munafik.”

Dikutip dari: dayah pesantren Baitul Arqam

BERIMAN DAN BERAMAL SHALIH DENGAN SEBENARNYA


BERIMAN DAN BERAMAL SHALIH DENGAN SEBENARNYA

Sarana yang paling agung yang merupakan sarana pokok dan dasar bagi tergapainya hidup bahagia ialah : beriman dan beramal shalih. Allah Azza wa Jalla berfirman: “Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih[1], baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia beriman, maka sesungguhnya akan Kami karuniakan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka lakukan.” [An-Nahl: 97] Kepada orang yang memadukan antara iman dan amal shalih, Allah Ta’ala memberitahukan dan menjanjikan kehidupan yang baik di dunia dan pahala yang baik di dunia dan akhirat. Sebabnya jelas. Karena, orang-orang yang beriman kepada Allah dengan iman yang benar lagi membuahkan amal shalih yang mampu memperbaiki hati, akhlak, urusan duniawi dan ukhrawi, mereka memiliki prinsip-prinsip mendasar dalam menyambut datangnya kesenangan dan kegembiraan, ataupun datangnya keguncangan, kegundahan dan kesedihan. Mereka menyambut segala hal yang menyenangkan dan menggembirakan dengan menerima, mensyukurinya dan mempergunakannya untuk seeuatu yang bermanfaat. Jika mereka menggunakannya demikian, maka niscaya hal itu akan melahirkan nilai-nilai agung di balik kegembiraan karenanya, pendambaan kelanggengan dan keberkahannya, dan keberharapan pahala seperti pahala yang diperoleh para hamba yang bersyukur. Nilai-nilai itu, dengan setumpuk buah dan keberkahannya, justru mengungguli wujud kegembiraan-kegembiraan itu, yang itupun bagian dari buahnya. Mereka hadapi cobaan, mara bahaya, kegundahan dan kesedihan dengan melawan apa yang mungkin dilawannya, menepis sedikit apa yang mungkin ditepis, dan bersabar terhadap apa yang harus terjadi tidak boleh tidak. Dengan demikian, dibalik cobaan cobaan itu lahirlah nilai-nilai agung berupa sikap melawan yang penuh arti, pengalaman dan kekuatan serta kesabaran dan ketulusan untuk hanya berharap pahala Ilahi. Dengan meletakkannya nilai-nilai agung itu di hati, kecillah di mata mereka aneka cobaan berat. Sedangkan yang bersemayam di hati justeru kesenangan, cita-cita mulia dan dambaan untuk menggapai karunia dan pahala dari Allah. Dalam hadits shahih, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan ini, beliau bersabda. “Artinya : Sunnguh mengagumkan perihal mu’min. Semua hal yang dialaminya adalah baik. Jika ia mendapat hal yang menyenangkan, ia bersyukur. Maka hal itu menjadi suatu kebaikan baginya. Jika ia tertimpa hal yang menyakitkan, ia bersabar. Maka hal itu menjadi suatu kebaikan baginya. Sifat itu tidak dimiliki siapapun kecuali oleh seorang mu’min” [Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Fathur Rabbani Lil Tartibi Musnadil Imam Ahmadabni Hanbal AS-Syaibani, Kitab Al-Qadar. Muslim, Shahih Muslim, Kitan Az-Zuhud Wa Ar-Raqaiq] Rasulullah menerangkan bahwa keberuntungan, nilai kebaikan dan buah prilaku mu’min berlipat ganda pada saat mengalami kesenangan ataupun cobaan. Oleh sebab itu, bisa jadi anda jumpai dua orang yang sama-sama mengalami ujian berupa keberuntungan dan bencana. Namun, antara satu dan yang lain berbeda jauh dalam menghadapi ujian itu, sesuai dengan kadar iman dan amal shalih yang ada pada diri masing-masing. Orang yang beriman dan melakukan amal shalih menghadapi keberuntungan dengan rasa syukur dan sikap prilaku yang membuktikan kesungguhan syukur itu, dan menghadapi bencana dengan bersabar dan bersikap prilaku yang membuktikan kesungguhan kesabaran itu. Dengan demikian, hal itu dapat membuahkan di hatinya kesenangan kegembiraan dan hilangnya kegundahan, kesedihan, kegelisahan, kesempitan dada dan kesengsaraan hidup. Selanjutnya, kehidupan bahagia akan benar-benar menjadi realita baginya di dunia ini. Sedangkan yang lain menghadapi kesenangan hidup dengan kcongkakan, kesombongan dan sikap melampui batas. Lalu, melencenglah moralnya. Ia menyambut kesenangan hidup seperti halnya binatang yang menyambut kesenangan dengan serakah dan rakus. Seiring itu, hatinya tidak tenteram. Bahkan, hatinya bercerai berai oleh berbagai hal. Hatinya bercerai-berai oleh kekhawatirannya terhadap sirnanya segala kesenangan dan banyaknya benturan-benturan yang pada umumnya, muncul sebagai dampaknya. Harinya bercerai berai tak menentu, karena memang hasrat jiwa tidak mau berhenti pada suatu batas. Bahkan, terus gandrung kepada keinginan-keinginan lain, yang kadangkala dapat terwujud dan kadangkala tidak dapat terwujud. Andaikan di bayangkan dapat terwujud, ia pun tetap gelisah oleh hal-hal tadi. Ia pun menyambut cobaan yang sulit dengan rasa gelisah, keluh kesah, khawatir dan gusar. Tidak usah anda bertanya tentang dampak buruk dari itu semua, yang berupa kesengsaraan hidup, teridapnya penyakit jiwa maupun syaraf dan rasa kekhawatiran bercampur ketakutan yang bisa jadi, pada gilirannya akan menyeret ke kondisi yang paling buruk dan malapetaka yang paling mengerikan. Karena ia tidak mempunyai harapan pada pahala Ilahi dan tidak memiliki kesabaran yang mampu melipur hatinya dan meringankan beban yang dirasakannya.
Semua itu dapat dilihat melalui pengalaman.
Satu Gambaran.
Jika anda mengamati dan menilai keadaan orang pada umumnya dengan barometer iman dan amal shaleh, maka anda akan melihat perbedaan jauh antara orang mu’min yang berbuat sesuai tuntunan imannya dan yang tidak demikian. Hal itu karena Islam sangat menganjurkan qana’ah (menerima dengan penuh kerelaan) terhadap rezki dari Allah dan terhadap ragam karunia dan kemurahanNya yang diberikanNya kepada para hambaNya.
Orang mu’min jika diuji dengan datangnya penyakit atau kefakiran atau semacamnya –yang setiap orang bisa menjadi sasaran cobaan itu-, maka dengan iman dan jiwa qana’ah serta ridha terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya, anda dapati ia berhati sejuk dan bermata ceria, tidak menuntut sesuatu yang tidak ditakdirkan untuknya. Di segi materi, ia memandang kepada yang lebih rendah, tidak memandang kepada yang lebih atas. Bisa jadi, kegembiraan, kesenangan dan ketentraman batinnya melebihi orang yang meraih semua keinginan duniawi, jika orang itu tidak dikarunianya jiwa qanaah.
Kemudian, anda dapati orang yang tidak berbuat sesuai dengan tuntunan iman, jik ia diuji dengan sedikit kefakiran saja, atau tidak diperolehnya keinginan-keinginan duniawinya, maka anda dapati ia sangat hancur dan sengsara.
Gambaran Lain.
Jika terjadi pada seseorang hal-hal yang menakutkan dan ia tertimpa malapetaka dan bencana, maka orang yang benar imannya akan anda dapati ia berhati teguh, berjiwa tenteram lagi tegar menangani dan menyetir sesuatu yang menimpanya dengan pikiran, ucapan dan tindakan yang dimampuinya. Ia kukuhkan jiwanya untuk menghadapi bencana yang menimpa itu. Sikap semacam ini adalah sikap yang menentramkan dan mengukukuhkan hati seseorang.
Sebaliknya, orang yang tidak memiliki iman, jika terjadi peristiwa-peristiwa yang menakutkan, anda dapati ia guncang hatinya dalam menghadapinya, syaraf-syaraf tegang, dan pikirannya tercerai-berai. Rasa kekhawatiran dan ketakutan merasuk jiwanya. Rasa ketakutan dari ancaman luar dan seribu gejolak di dalam telah tertumpuk menyatu dalam dirinya, yang tidak mungkin digambarkan. Manusia semacam ini, jika tidak memiliki beberapa sarana terapi alami yang hal itu membutuhkan latihan banyak, maka ketahanan dirinya akan luluh dan syaraf-syarafnya pun akan tegang. Itu semua karena ia tidak memiliki iman yang dapat membawanya untuk bersabar, terutama dalam situasi sulit dan kondisi yang menyedihkan lagi mengguncang.
Orang baik dan orang jahat, orang mu’min dan orang kafir adalah sama di sisi keberanian yang diperoleh melalui upaya atau latihan dan sisi naluri (insting) yang berfungsi melipur dan menurunkan volume rasa takut. Akan tetapi, orang mu’min, dengan kekuatan imannya, kesabarannya, kepasrahan dan kebersandarannya kepada Allah serta keberharapannya pada pahalaNya, ia unggul dengan memiliki nilai-nilai lebih yang meningkatkan keberaniannya, meringankan tekanan rasa takutnya dan membuatnya memandang kecil segala kesulitan yang dihadapinya.
Allah berfirman.
“Artinya : Jika kamu menderita kesakitan, sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula) sebagaimana apa yang kamu derita. Sedangkan kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan” [2] [An-Nisaa : 104]
Para mum’min danugrahi ma’unah (pertolongan), ma’iyyah (rasa Kebersamaan) dan madad (bantuan) Allah yang khusus, yang dapat menyirnakan segala ketakutan.
Allah Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama [3] orang-orang yang bersabar” [Al-Anfal : 46]
[Disalin dari kitab Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa'idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penulis Asy-Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma'ruf, Diterbitkan Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta] 
[1] Ibnu Katsir, dalam Tafsiru l Qur’an-l Azhim, mengatakan : man ‘amila shalihan, wa huwa al-amalu-l-mutabi; li Kitabillahi Ta’ala wa sunnati Nabiyyihi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maksudnya, yaitu amal (perbuatan) yang mengikuti kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[2] Yaitu keberuntungan dengan memperoleh pahalaNya dan keselamatan dari siksaNya (Taisiru-l-Mannan).
[3] Yakni : dengan mengaruniakan pertolongan, kemenangan dan dukunganNya (Taisiru-l-Mannan)

Dikutip dari: dayah pesantren Baitul Arqam

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More